Memori Dalam Tinjauan Filosofi

Memori Dalam Tinjauan Filosofi

Socrates mendefinisikan memori sebagai inscribing feeling, perasaan yang hampir tertulis, tercetak, tergores dalam jiwa manusia. Konsekuensinya adalah ketika inscribing feeling itu menulis sesuatu yang benar, maka opini dan proposisi menjadi benar menurut kita.
Secara etimologi, memori atau memory (Inggris), memoire (Prancis) adalah keberadaan akan pengalaman masa lampau yang hidup kembali, catatan yang berisi penjelasan, alat di komputer yang dapat menyimpan dan merekam informasi. Memori juga berarti ingatan yang mempunyai arti lebih luas yaitu:
1. Apa yang diingat, yang terbayang di pikiran sepanjang ingatan
2. Alat atau daya batin untuk mengingat atau menyimpan sesuatu yang pernah
diketahui (dipahami atau dipelajari)
3. Pikiran, dalam arti angan-angan, kesadaran
4. Apa yang terbit di hati, seperti niat atau cita-cita (Tim PKP3B, 1998:331)


Plato mengungkapkan adanya “having before the mind” dalam objek sekarang. Maksudnya manusia sudah mempunyai memori tentang apa yang dia hadapi sekarang tanpa adanya impresi atau pengalaman sebelumnya. Dalam bukunya Confession X, St. Augustine mendefinisikan memori sebagai gua besar tempat imaji berada, dan akan dimunculkan apabila dibutuhkan. Hal senada juga dikemukakan oleh Locke dalam edisi pertama bukunya yang berjudul Essay Concerning Human Understanding, bahwa memori adalah gudang dari ide-ide kita. Dalam edisi kedua, Locke tidak hanya mendefinisikan memori sebagai penyimpanan tetapi berfungsi juga menghidupkan kembali persepsi yang tersimpan. Pernyataan Locke dikerucutkan oleh Hume dalam Treatise of Human Nature, dengan mengatakan bahwa ketika impresi telah hadir bersama pikiran, maka impresi muncul di sana sebagai ide.(Edward, 1967:266).
Hal penting yang disepakati oleh Locke dan Hume adalah memori sebagai persepsi masa lalu berbeda dengan persepsi itu sendiri. Artinya dalam memori selalu ada reduksionis atau penambahan yang membuat peresepsi dan impresi menjadi lebih kompleks bahkan berubah menjadi ide. Pengertian memori bergeser dari sekedar tempat penyimpanan atau sesuatu yang disimpan menjadi proses penyimpanan, dari definisi pasif menjadi sebuah kemampuan aktif. Pengertian memori inilah yang kemudian dipakai dalam kajian psikologi. Dalam Encharta 2003 disebutkan bahwa memori adalah proses encode, store (penyimpanan) dan retrieve information yang dilakukan manusia dan organisme lain. Encoding adalah pemberian inisial dan registrasi terhadap informasi. Storage adalah penyimpanan informasi yang telah dikodekan tadi, sedangkan retrieve adalah proses dalam penggunaan informasi yang telah tersimpan (stored information)(Roediger, 2003).
Definisi memori sebagai proses belum menjawab pertanyaan tentang wujud memori. Permasalahannya, memori tidak bisa dipandang sebagai wujud material seperti organ tubuh semacam liver, jantung atau bahkan otak. Begitupun memori tidak bisa hanya sekedar dibicarakan sebagai aspek kognitif yang lepas dari fungsi organ tubuh. Bergson dalam Matter and Memory mendahului analisanya dengan menyatakan bahwa memori ada di persimpangan mind dan matter (materi) (Bergson, 1911:2).
Secara material, sudut pandang pengertian memori terletak pada mekanisme otak dan sistem saraf pada tubuh manusia yang terus berkembang sejalan dengan penemuan-penemuan baru. Memori dijelaskan dalam neurophysiology, yaitu ilmu positif yang mempelajari sistem saraf, sedangkan penemuan tentang rekayasa genetika memberi wacana baru bagi pengertian memori yang sangat terkait dengan pencerapan informasi sebagai ‘bahan bakarnya’. Gen mengandung informasi untuk membuat semua protein yang diperlukan oleh organisme. Semua DNA dalam sebuah organisme disebut genom, termasuk gen.. Ketika genom manusia mulai berhasil dipetakan, maka informasi genetika yang tersimpan tersebut dapat dipakai dalam merekayasa manusia baru sesuai yang diinginkan (Naissbit, 2002:187).
Fisiologi memberi kita definisi memori yang terus berkembang selayaknya cara kerja ilmu positif, sedangkan psikologi memberi definisi memori secara kognitif. Freud, menjabarkan memori sebagai akar kepribadian. Memori berada dalam konsep kesadaran dan ketidaksadaran. Suatu ingatan prasadar dengan mudah akan menjadi sadar ketika perintangnya lemah. Suatu ingatan tak sadar lebih sulit menjadi sadar ketika perintangnya kuat Dia menegaskan bagaimana ingatan pada masa anak-anak dapat membentuk pola-pola kepribadian tertentu bahkan histeria (Lindzey, 1993:77). Memori juga merupakan bahan pembentukan mimpi yang mengalami modifikasi.Mimpi merupakan reproduksi pengalaman yang tersimpan dalam ketidaksadaran (Freud, 2001:11).
Jung menjabarkan memori dalam konteks yang lebih luas. Dalam teorinya tentang alam tak sadar kolektif, ada pengalaman psikis purba nenek moyang, keluarga, yang terwariskan kepada komunal maupun individu (Jung, 1989:13),.
Al Farabi menjelaskan memori (Ad-Dzãkirah) atau hafalan (al-Hãfizhah) sebagai daya yang menyimpan makna-makna yang dimengerti oleh waham. Waham adalah daya yang memahami makna-makna non-inderawi yang ada pada objek inderawi eksternal. Ada dua memori, yaitu pertama, memori untuk menyimpan gambar-gambar inderawi internal setelah menghilang, dan itulah daya konsepsi. Kedua, memori untuk menyimpan makna-makna non-inderawi yang ditangkap oleh waham, dan itulah memori atau daya ingat (Najati, 2002:68).

Berbagai definisi memori tersebut sebenarnya dapat dikelompokkan dalam tiga kategori besar, yaitu :
a. Fisiologis, yang mencakup tentang basis biologi memori,
b. Psikologis, yang mencakup tentang aspek kognitif memori.

c. Filosofis, sebagai kategori ketiga mendefinisikan memori sebagai
hubungan paralel antara Fisiologi dan psikologi.
Bergson mengutarakan bahwa paralelisme lahir sebagai akibat dari ilmu positif (Bergson, 1911:2). Salah satu contoh definisi memori dalam lingkup paralelisme tampak pada tulisan Alan Baddeley dalam bukunya yang berjudul Memory, A User Guide, mengatakan bahwa :

Perhaps the best way to appreciate the importance of memory is to consider what it would be like to live without it, or rather without them, since memory is not a single organ like the heart or liver, but an alliance of system work together, allowing us to learn from the past and predict the future (Baddeley, 1996:1)

Mungkin cara terbaik untuk menghargai pentingya memori adalah mengandaikan hidup tanpanya atau tanpa mereka, karena memori bukanlah sebuah organ tunggal layaknya jantung atau hati, namun sebuah aliansi dari sistem yang bekerja bersama-sama, memberikan kita kemampuan untuk belajar dari masa lalu dan memprediksi masa depan.
Belajar dari masa lalu dan memprediksikan masa depan dalam kutipan Baddeley itu mengarahkan kita bahwa definisi memori tak lepas dari fungsi memori. Perdebatan tentang sudut pandang mana yang akan dipakai dalam pendefinisian memori ini berakar dari peran memori dalam permasalahan manusia baik secara individu maupun sosial.


B. RETRIEVAL MEMORI

1. Definisi Retrieval Memori

Pengkodean dan penyimpanan adalah hal penting ketika menyerap dan mengumpulkan informasi. Proses yang paling krusial dalam mengingat adalah retrieval, karena tanpa retrieval manusia tidak bisa mengakses memori. Retrieval merupakan cara pemanggilan kembali isi memori.
Selama beberapa tahun psikolog beranggapan bahwa retrieval adalah suatu proses pengumpulan kembali fakta-fakta yang pernah dialami dan pengalaman seseorang secara selektif. Namun, pada awal tahun 1980 para psikolog mulai menyadari bahwa seseorang dapat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu tanpa melalui proses pengingatan atau bahkan tanpa diingat oleh orang yang bersangkutan. Sebagai contoh pada serangkaian eksperiman menunjukan bahwa pasien amnesia yang menderita kerusakan otak sehingga kehilangan beberapa fungsi memori tertentu, masih dipengaruhi oleh informasi yang dilihat sebelumnya walaupun tidak memiliki ingatan secara sadar (conscious memory) bahwa mereka telah melihat informasi tersebut sebelumnya. Berdasarkan kasus ini dan temuan lainnya, para psikolog kemudian membedakan proses retrieval menjadi dua, yaitu proses retrieval memori implisit dan proses retrieval memori eksplisit.(Encharta, 2003)

2. Fungsi Retrieval Memori
Penyimpanan memori di dalam otak dapat diibaratkan sebagai sebuah perpustakaan luas yang penuh dengan informasi. Agar perpustakaan tersebut menjadi berguna maka informasi harus dapat diakses, sehingga diperlukan penataan dan katalogisasi. Sebuah memori yang tidak tertata hanya ibarat sebuah perpustakaan luas yang penuh dengan infromasi tanpa pengaturan. Fungsi proses retrieval adalah menyediakan kembali informasi yang dibutuhkan pada saatnya, baik sadar maupun tidak sadar, dengan mengakses informasi yang telah tersimpan sebelumnya di dalam otak sebagai memori. Jika pada saat yang dibutuhkan memori tidak dapat diakses, maka memori tersebut tidak berguna (Kihlstrom, 2002).


///1.Cara Mudah Bikin File Download pada Blogspot atau site lainnya///2.FREE DOWNLOAD MP3 ingat kamu buakn versi Maia, tapi Dina Mariana keren lo///3.Peta Jogja bisa di download///4.Klip Keren, sound gitarnya luar biasa///5.Kisah 1001 malam///6.Kisah orang China masuk Harvard///7.Kisah Negara Goblog///8.Automatic link exchange atau tukar link otomatis///9.KISAh SEO ngawur///10.Tips cara menyisipkan page element di head, buat nambah head atau menaruh iklan di head///11.Patah Hati Itu Indah///12.Computer Memory///13.3 Column lefty Basic Adsense Template (Blogspot) Template 3 kolom posting kiri paling sederhana///14.BOB MARLEY : No woman No Cry///15.Tips CARA MUDAH BIKIN WEBSITE///16.Tips dan Cara ganti warna background Shoutmix///17.Memory manusia diganti mesin ///18.Individual As a Concept///19.Mimpi Rakyat Kecil, Golput///20.Kisah Penjual Pensil///21.Tips Mengatasi Kesedihan///22.Memori Dalam Tinjauan Filosofi///23.MEMORI MANUSIA///24.
KEpRibadian ganda///25.President Barrack Hussein Obamma or President Hillary (Rodham) Clinton///26.Change background facebook, artinya: sejarah facebook hehehe ngawur lagi..///27.Sepuluh Orang Terkaya ter-Muda 2008 Versi Forbes///28.Fakta Yang Mengkhawatirkan dari Barrack Obama

0 comments:

Post a Comment to Memori Dalam Tinjauan Filosofi

PLEASE LEAVE A COMMENT